3/23/14

Bibir danau tondano..



Pagi - pagi sekali aku bangun untuk menikmati hawa sejuk alam Tondano . Tidur semalam sangat lelap walau hanya dilapisi kasur tipis  3 cm dari lantai berkeramik putih. Aku menginap di salah satu perkampungan yang kamarnya berbatasan langsung dengan sawah , mungkin penjaga rumah yg terdiri dari kos -  kos an bertarif  Rp.300. 000 perbulan itu bingung dengan keiniginan ku menginap disalah satu kamar kosong yang benar benar kosong tanpa isi "pak ini ada kasur anak saya mau pakai ini?"  Om penjaga kos tersebut menyapaku , sementara istri si om kebanyakan bengong melihat   Tak percaya bahwa aku akan menginap disitu . "Ok Om simpan saja di kamar , pasang lampu ya om !" ..aku cuman dua malam disini koq " Aku menambahkan . Sejuk tanpa AC juga tanpa kamar mandi . Segar rasanya pagi ini aku bangun , karena semalam habis berendam air panas alami yang memang banyak tersedia di daerah ini . Pukul 6  sabtu lagi itu kupacu Avanza silver  inventaris kantor menuju kampus negri terbesar di kawasan  Minahasa , sesaat aku perhatikan anak - anak kampus yang sedang berlari - lari kecil mencari keringat , tanpa cuci muka , tidak sikat gigi ,rambut masih berantakan dan aku terlarut bersama mereka sambil nafas ngos ngosan . " hai anak semester berapa" sapa ku ke serombongan mahasiswi yang berasal dari daerah di penghujung pulau Sulawesi - Sanger . anak anak yang berasal dari daerah ini memiliki spirit motivasi lebih tinggi dibandingan dengan daerah sulawesi utara yang lainnya , biasanya mereka dikirimin uang bulanan Rp.1,2 jutaan . Itu buat uang kos , makan  dan biaya gaul . Kebanyakan orang tua mereka hidup dari bertani cengkeh dan kopra ." Kalo papa panen cengkeh 3 x setahun" sekali panen kurang lebih 300 kg"  salah satu dari mereka menerangkan tentang penghasilan orang tua . "Harga cengkeh saat ini Rp.160.000 / kg jadi ada Rp.144 juta pendapatan per tahun " gumamku menyambung obrolan ." Kenapa tidak melanjutkan kuliah di kota besar "  sambungku . Kebanyakan anak - anak sanger menurut mereka ingin melanjutkan kuliah di kampus ini , karena memang banyak tetangga/ saudara menimba ilmu di kampus tersebut. 

Setelah seharian mengitari sawah dengan jalan yang bersih di bibir danau tondano , aku bertemu 3 orang mahasiswi semester 2 , asli orang tondano , dan membuat janji sore untuk mengobrol salah satu dari mereka yang terlihat agak murung dan pendiam . Pada sore yang telah kami sepakati , aku ajak dia bersama adiknya lelaki yang masih duduk di bangku kelas 1 SMU ." Apa yang menjadi impianmu sejak dulu , ya kalo pernah liat iklan di TV , ada anak kecil yang bilang aku mau jadi dokter" nah impian mu apa Daniel?" Aku berusaha mengajaknya untuk diskusi santai dibalik angin tiupan dari danau tondano sepoi- sepoi . " Dulu sich aku ingin sekali menjadi nahkoda kapal , tapi sejak mama pergi meninggalkan kami 5 tahun yang lalu".. Meninggal? Aku memotong ceritanya ." Oh bukan , bukan meninggal " sambung kakaknya Tya . "Mamaku adalah istri kedua dari papa , istri papa yang pertama meninggal karena sakit dan tidak memiliki anak . Lalu papa menikah lagi dengan wanita yang memiliki 2 anak ( janda cerai hidup) , nah itulah mama kami " tya bercerita tanpa ekspresi . " mama meninggalkan kami ketika tya duduk dikelas 2 SMP , daniel saat itu usia 11 tahun dan adikku yang bungsu masih  usia 7 tahun. Tya mulai serius memaparkan kehidupan mereka sepeninggal mama . Daniel tumbuh menjadi anak yang pendiam serta cenderung minder , padahal anak ini tingginya 168 Cm dan masih akan tambah lagi mengingat usianya saat ini masih 16 tahun . "Saat ini daniel tidak punya cita cita lagi , ya terserahlah mau jadi apa , aku hanya menjalani hidup apa adanya , habis tadinya aku mau sekolah pelayaran di Bitung (setingkat SMU) tapi sekarang masuk SMU ya sudahlah" sapa Daniel dengan nada pasrah . "  kalau tya , apa yang ngana inginkan"? Timpalku sambil menatap Tya , yang terlihat menjadi wanita tomboy , mengingat dia menjadi anak pertama dalam keluarga tersebut ."aku ingin jadi Polwan" kata tya dengan mantaf .

Matahari sudah hampir tidak terlihat lagi , aku antarkan mereka kerumah yang berada di bibir danau tondano , kesejukan dan hembusan angin danau tersebut menjadi bagian keseharian dan juga merupakan bagian mata pencaharian orangtua mereka yang sudah  berusia hampir 60 tahun .
Keindahan danau ini sempurna dengan gunung disekelilingnya , hamparan sawah yang membentang luas sejauh mata memandang , sayang pemerintah setempat kurang mengelola dengan baik potensi ini , banyak enceng gondok hampir disetiap bibir danau tersebut .


image

Lorem ipsum dolor sit

Aliquam sit amet urna quis quam ornare pretium. Cras pellentesque interdum nibh non tristique. Pellentesque et velit non urna auctor porttitor.

image

Nunc dignissim accumsan

Vestibulum pretium convallis diam sit amet vestibulum. Etiam non est eget leo luctus bibendum. Integer pretium, odio at scelerisque congue.